Aneh Tapi Nyata! 5 Hal Baik Ini Justru Bisa Bikin Bisnis Startup Cepat Bangkrut

Aneh Tapi Nyata! 5 Hal Baik Ini Justru Bisa Bikin Bisnis Startup Cepat Bangkrut – Di zaman secanggih ini, menjalankan bisnis startup adalah pilihan yang tepat. Hampir di setiap aspek kehidupan kita dikelilingi oleh startup-startup baru. Mau pesan makanan, pesan transportasi umum, beli pulsa, beli baju, baca berita, semuanya ada di startup.

Ada beberapa hal yang membuat terjun ke dunia startup banyak digandrungi banyak orang. Pertama, modal yang digunakan untuk mengembangkannya tidak terlalu mahal bila dibandingkan usaha-usaha lainnya. Kemudian, lingkungan kerja yang fleksibel menjadi tempat idaman para milenial. Yang terakhir tentunya karena menawarkan keuntungan yang menjanjikan.

Tapi gak sedikit pula bisnis startup yang gulung tikar dalam waktu singkat. Penyebabnya, bisa jadi karena gagal bersaing dengan perusahaan lainnya. Keterbatasan inovasi juga otomatis bakal membuat sebuah startup bakal ‘mati’ duluan. Selain itu disebabkan juga karena ada beberapa kebiasaan yang sebenarnya baik untuk diterapkan, tapi diam-diam bisa bikin usaha bangkrut juga. Berikut ini listnya seperti dikutip dari Entrepreneur.

Baca juga: Ini 5 Alasan Kenapa Anak Milenial Lebih Senang Kerja di Startup

1. Meminjam uang lebih awal 

bisnis startup
Pinjam lebih awal. (shutterstock)

Entah apapun usahanya, termasuk bisnis startup, pasti membutuhkan banyak uang, apalagi kalau baru-barunya memulai. Uang dibutuhkan untuk biaya produk, pemasaran, membayar gaji karyawan, dan lain-lain. Tapi, tahu gak kalau meminjam uang itu juga bisa bikin startup bangkrut, kalau tidak memiliki gambaran usaha yang jelas.

Contoh kasusnya ketika mereka meminjam uang bahkan saat belum melakukan riset usaha. Yang artinya, belum ada pengetahuan tentang pelanggan potensialnya, belum tahu mau menjalankan usaha seperti apa, dan belum tahu asumsi keuntungannya berapa. Yang dikhawatirkan adalah kamu juga gak punya kepastian untuk membayar cicilan pinjaman, yang ujungnya bisa berakibat kebangkrutan.

Baca juga: Cuannya Gede! Ini 6 Keuntungan Bisnis Startup Dibandingkan Usaha Konvensional

2. Merekrut orang dalam jumlah banyak dalam waktu cepat 

bisnis startup
Rekrut terlalu banyak orang.(shutterstock)

Menjalankan bisnis startup tentu juga mengharapkan banyaknya pemasukan, entah dari iklan, maupun dari penjualan. Pemikiran tradisionalnya sih semakin banyak karyawan atau sales, maka kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan juga semakin besar. Betul sih berpeluang banget untuk mendapatkan lebih banyak uang, tapi semua itu masih penuh dengan ketidakpastian.

Buktinya, banyak juga perusahaan yang punya banyak sales, tapi keuntungannya segitu-gitu saja. Jadi mengeluarkan gaji tetap untuk banyak karyawan di tengah ketidakpastian itu sama saja bohong. Ibarat kata gali lubang tapi gak bisa nutupnya lagi!

Baca juga: 4 Trik Gampang Dapatkan Dana Bank Buat Modal Startup

3. Terlalu fokus terhadap rencana bisnis

bisnis startup
Gak fleksibel. (shutterstock)

Rencana bisnis merupakan patokan tertulis yang biasa dibuat oleh perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan bisnisnya. Memang sih, beberapa bisnis kuno dan tradisional masih mendewakan rencana bisnis guna mengharapkan keuntungan yang berlebih. Tapi, di dunia startup hal itu malahan bisa membuat bisnismu gagal.

Pasalnya persaingan dunia startup yang serba digital itu selalu mengalami perkembangan. Bisa secara mengejutkan banyak inovasi-inovasi canggih ditemukan oleh masing-masing startup kapan saja. Untuk bisa mengimbanginya tentu suatu perusahaan juga memerlukan inovasi. Nah oleh sebabnya, berpatokan pada rencana bisnis yang kaku itu justru bikin perusahaanmu bakalan tertinggal jauh.

4. Terlalu banyak pimpinan manajemen di bisnis startup

bisnis startup
Kebanyakan bos bergaji besar. (shutterstock)

Kamu pasti sering melihat bisnis startup baik di Indonesia maupun di luar negeri memiliki sederet posisi manajemen. Mulai dari CFO, COO, CTO, CIO, sampai CMO semuanya ada di list yang tertera di website masing-masing. Kehadiran mereka memang dibutuhkan banget untuk membangun struktur bisnis perusahaan.

Tugasnya penting, tapi gajinya juga sangat besar. Bagi sebuah startup yang sudah berjalan dengan stabil sih oke-oke saja untuk merekrut orang untuk posisi-posisi itu. Namun, untuk mereka yang baru memulai startup sepertinya harus pikir-pikir lagi deh.

Uang sangat diperlukan untuk pos-pos lainnya, seperti misalnya pos pemasaran, pos produksi, dan masih banyak lagi. Jadi, alangkah baiknya untuk tidak dengan gegabah merekrut seseorang di posisi itu. Kecuali kalau modal yang kamu punya gak terbatas ya silahkan saja.

5. Menghabiskan banyak waktu untuk mencari modal ventura 

bisnis startup
Kebanyakan cari modal. (shutterstock)

Sumber pendanaan terbesar dari bisnis startup adalah berasal dari modal ventura. Sistem ini merupakan sistem permodalan yang diberikan kepada suatu perusahaan dengan tujuan investasi. Nah untuk bisa mendapatkan modal dari sana, sebuah startup harus pintar-pintar mempresentasikan konsep mereka serta perkembangan bisnis mereka ke kapitalis ventura. Kalau berhasil, dana yang banyak akan dengan mudah dikucurkan ke perusahaan tersebut.

Tapi, banyak startup yang terlalu memikirkan waktu untuk mencari pendanaan dari ventura. sampai-sampai mereka lupa bahwa ada hal lebih penting. Hal terpenting adalah memperbaiki kualitas pelayanan dan kualitas produk yang tengah dijajakan. Kalau misalnya sibuk cari sumbangan, tapi produknya terbengkalai, perusahaan ventura bakalan malas buat menggelontorkan uangnya ke startup tersebut.

Jadi yang terbaik adalah cari sewajarnya, tapi sambil memperbaiki kualitas dan inovasi produk. Fokuslah untuk mencari keuntungan dari penjualan ketimbang mencari suntikan dana.

Buat kamu yang mau atau sedang merintis bisnis startup, semoga bisa menghindari lima hal ini ya. Karena siapa sih yang mau punya bisnis seumur jagung? Semua orang pasti pengin bisnisnya bertahan lama atau bahkan bisa dikenal banyak orang. Intinya sih dalam dunia startup harus rajin-rajin bertukar pikiran dengan siapapun dan tentunya terbuka dengan inovasi-inovasi baru. (Editor: Ruben Setiawan)

Leave a Comment