Asal Usul Koper Tumi, Brand Mahal yang Punya 120 Cabang di Seluruh Dunia

Kasus dugaan penyelundupan spare parts motor Harley Davidson yang dilakukan oleh mantan Dirut Garuda Ari Askhara mengungkapkan fakta lain yang sebelumnya gak diketahui publik. Salah satunya adalah janji memberikan koper Tumi kepada 3.500 crew kabin Garuda Indonesia.

“Jadi ada rencana mantan Direktur Utama Garuda (Ari Askhara) memberikan awak kabin koper Tumi yang harganya Rp10 juta ke atas,” jelas Ketua Umum Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (IKAGI) yakni Zaenal Mutaqqin saat melakukan jumpa pers di Jakarta tanggal 6 Desember 2019, mengutip dari Kompas.

Sontak pertanyaan tersebut mengundang perhatian banyak orang gak terkecuali warga netizen di media sosial yang kepo dengan brand tersebut. Sebab gak semua kalangan familiar dengan merek tersebut.

Buat kamu yang suka pergi ke luar negeri mungkin udah sering mendengar atau bahkan memiliki produk yang satu ini? 

Nah daripada terus-terusan kepo mending simak langsung aja nih fakta koper Tumi berikut ini.

Baca juga: Seharga Rumah Mewah di Kemang, Ini 5 Merek Tas Branded Termahal Dunia

Koper Tumi didirikan oleh Charlie Clifford tahun 1975 di Amerika Serikat

koper tumi
Charlie Clifford pendiri Tumi. (incimages.com)

Aneh rasanya kalau sebuah brand besar gak punya sosok kunci di belakangnya. Tumi adalah merek koper yang didirikan oleh seorang pria asal Amerika Serikat. Ia adalah Charlie Clifford, seseorang yang punya latar belakang profesi sebagai praktisi marketing.

Saat pertama mendirikan perusahaan ini ia mengaku hanya menjual tas-tasnya seharga US$ 50 aja. Namun seiring permintaan yang semakin besar maka harganya terus meningkat menjadi US$ 55, US$ 60 dan seterusnya hingga sekarang menjadi merek tas dan koper traveling ternama dunia.

Baca juga: 5 Brand Tas Gunung Buatan Lokal yang Berkualitas dan Murah!

Asal usul merek Tumi

koper tumi
Pisau yang menginspirasi penciptaan merek Tumi. (metmuseum.org)

Nama brand Tumi yang diberikan oleh Charlie Clifford bukan tanpa alasan. Ia menamakan usaha tersebut ketika bertugas sebagai sukarelawan organisasi pemerintah Amerika, Peace Corp, ke negara Peru.

Di sana ia melihat sebuah tradisi masyarakat setempat menggunakan pisau bersejarah bernama Tumi yang digunakan sebagai “sesaji”. Ketika pulang ke negara asalnya, ia terus teringat dan menamakan koper Tumi yang dibuatnya dengan nama tersebut.

Baca juga: Tas Kecil Seukuran Jari Ini Digemari Rihanna, Harganya Capai Rp 7 Juta!

Tahun 2012 Tumi turun ke lantai bursa saham NYSE

koper tumi
Ilustrasi bursa saham New York. (Shutterstock)

Setelah 37 tahun melakukan ekspansi pasar dengan modal perusahaan, pada tahun 2012 koper Tumi menjejakan kakinya di bursa saham New York Stock Exchange (NYSE) Amerika Serikat dengan menawarkan harga sekitar US$ 18 per lembar sahamnya. Total saham yang dilepas ke pasar mencapai 18,7 juta lembar.

Namun hal itu gak berlangsung lama karena pada tahun 2016 merek koper Tumi dibeli oleh kompetitornya. Siapa mereka? 

Dibeli oleh Samsonite sebesar US$ 1,8 miliar

koper tumi
Salah satu gerai Samsonite. (Shutterstock)

Di tahun 2016, merek koper Tumi dibeli oleh kompetitornya yakni Samsonite yang sama-sama berasal dari Amerika Serikat sebesar US$ 1,8 miliar atau setara Rp 25 triliunan.

Tentu ini membuat pasar koper Amerika Serikat dan dunia sedikit banyak didominasi oleh Samsonite hingga hari ini. 

Koper Tumi berhasil mencetak keuntungan US$ 762 juta tahun 2018

koper tumi
Gerai Tumi di salah satu pusat perbelanjaan. (Shutterstock)

Langkah yang dilakukan oleh manajemen Samsonite tampaknya sangat tepat. Buktinya pada tahun 2018 lalu Tumi berhasil menyumbang keuntungan besar mencapai US$ 762 juta atau setara Rp 10,6 triliunan. Angka tersebut naik sebesar 11 persen lebih dibandingkan periode tahun sebelumnya.

Salah satu alasan kenapa mereka bisa mencetak keuntungan sebanyak itu adalah karena memiliki 120 toko yang tersebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia lho!

Nah itulah sedikit fakta tentang koper Tumi yang menjadi buah bibir di Tanah Air belakangan ini. (Editor: Ruben Setiawan)

Leave a Comment