Minuman pressed juice saat ini emang tengah banyak digandrungi oleh masyarakat urban yang tentunya memiliki gaya hidup sehat. Kamu pasti pernah mendengar atau mencicipi pressed juice dari Re.juve? Nah Re.juve mengklaim berhasil nih bikin orang bahagia dengan memiliki 68 outlet yang tersebar di Tanah Air.
Sebagai salah satu brand yang menjual minuman dan makanan sehat, perkembangan bisnis mereka memang patut diacungi jempol. Brand yang diluncurkan pada tahun 2014 silam ini, ternyata saat sudah mempunyai 68 outlet tersebar di Indonesia!
Dalam gelaran Markplus Conference 2019, founder sekaligus CEO dan Presiden Direktur PT Sewu Segar Primatama (red: pemegang merek Re.juve), Richard Anthony, mengatakan bahwa proses perjuangan brand lokal miliknya menjadi sukses memang terbilang singkat.
Ia pun menceritakan pedihnya di awal tahun mengalami berdarah-darah, tapi di tahun berikutnya, bisnis ia pun bisa duduk dengan stabil dan berkembang hingga saat ini.
Penasaran dengan cerita inspiratif di balik bisnis minuman sehat ini? Yuk baca selengkapnya di bawah ini ya siapa tahu kamu tergerak buat bikin bisnis kayak Re.juve.
Baca juga: Dulu Gelandangan Kini Pengusaha Kaya Raya Beristri Cantik, Simak Kisahnya!
1. Re.juve tercetus berawal dari kegemukan dan ogah makan gak enak bagi sang pendiri

“Saya dulu 13 kilogram lebih berat, mungkin ini inspirasi saya untuk mendirikan Re.juve. Saya dulu kerja di Singapura dan saya juga keras kepala karena ingin sehat tapi tetap bisa enjoy. Akhirnya saya belajar mencari tahu apa yang saya konsumsi,” ujar Richard.
“I don’t believe in diet, diet doesn’t make me happy (saya gak percaya diet, itu gak bikin saya bahagia),” tegasnya.
Salah satu yang unik dari brand ini adalah produknya semua terasa enak di lidah dan gak membosankan. Hal tersebut tercipta lantaran Richard sendiri paham, makanan dan minuman sehat rata-rata rasanya hambar.
Sepulangnya ke Jakarta, Richard mengakui bahwa makanan juga sulit ditemukan, apalagi yang sehat dan enak. Sementara itu saat dirinya menetap di Singapura, gerai makanan sehat juga tutup karena rasanya yang kurang enak.
Selain enak dan sehat, ia pun bertekad pengin memiliki produk pressed juice yang enak serta murni. Oleh karena itu ia sangat mementingkan rasa, tentunya alami ya.
“Rasa itu penting, tapi idealisme itu juga penting. Gimana kalau sekarang produknya enak, sehat, tapi gak murni? Kita gak akan jual,” lanjut Richard.
Baca juga: Per Botolnya Rp 8 Juta, Ini Merek Minuman Jus Termahal yang Pernah Ada!
2. Pengin bikin banyak orang bahagia

Campaign yang dibuat perusahaannya sejatinya bukan mengkampanyekan hidup sehat. Melainkan hidup bahagia dengan menjalani hidup sehat.
“Misi kita adalah membuat orang bahagia, ‘live a happier life’ Kita bicara ‘happy’ karena kalau gak sehat gimana bisa bahagia. Semua mau sehat kan? Gak mungkin sakit itu bikin bahagia,” lanjutnya.
Kalau kampanyenya sehat saja, tentu hal itu gak akan berkelanjutan. Bisnis mereka mungkin gak akan bisa seperti sekarang.
Baca juga: Modal Cuma Rp 7 Juta, Kamu Bisa Dapat Cuan Rp 9 Juta per Bulan Jualan Jus Buah
3. Berusaha terbuka gak menutup-tutupi kandungan minuman Re.juve

“Orang mau sehat tapi banyak yang maunya aman. Oleh karena itu kita sediakan produk pangan dan minuman yang sehat enak dan honest (jujur). Apa yang terkandung di kemasan minuman kami ya itulah isinya, gak ada yang kami tutup-tutupi,” ujarnya.
Salah satu poin penting dari produk Re.juve adalah isinya. Richard bilang bahwa, gak ada satupun yang mereka tutupi dari produk-produknya.
“Kalau cuma tertulis empat buah di kemasan ya itulah kandungannya tidak ada yang lain. Almond milk kita berikan coconut sugar, dan kita tulis di kemasannya. Misalkan ada garam dan lainnya dalam jumlah sedikit, tetap kita tulis. Kita ingin kamu semua tahu apa yang kamu konsumsi,” jelas Richard.
4. Buat per botol cold pressed juice lokal ini murah atau mahal?

Kira-kira harga satu jus cold pressed ini murah atau mahal ya? Sebagian besar dari kamu mungkin setuju kalau harganya terbilang sedikit ‘pricey’ alias mahal, tapi menurut Richard salah besar kalau kamu berpikir ini mahal.
“Semua ini bahan segar, dan sifatnya cold pressed, kenapa ya? Karena cold pressed tidak menimbulkan panas yang merupakan musuh vitamin dan mineral anti-oksidan. Saya yakin, ketika anda semua mencoba membuatnya di rumah, anda akan yakin bahwa produk kami valued for money,” urainya semangat di atas panggung.
Bisa dibilang, blender atau juicer cold pressed itu harganya memang gak murah. Harga mesin cold pressed juice ini yang termurahnya berada di kisaran Rp 3 juta, bahkan ada yang sampai Rp 20 juta lho.
Re.juve sendiri menggunakan teknologi pencucian yang cukup mutakhir karena mereka mencoba untuk menjaga kesegaran bahan dasar. Richard mengklaim bahwa teknologi yang ia miliki saat ini merupakan satu-satunya di Indonesia dan yang pertama di ASEAN.
5. Pertama-tama gak langsung jualan di mall

Saat pertama kali diluncurkan, produk mereka gak langsung dijual di mall. Hal itu disebabkan karena banyak orang bakal berpikir bahwa produk ini kemahalan. Wajar, dulu hampir gak ada yang tahu apa itu cold pressed.
Oleh karena itu, mereka lebih memilih buka outlet sendiri dan melakukan kunjungan ke kantor-kantor untuk memberikan tester.
“Tahun pertama itu memang cukup keras, karena kita membuka bisnis ini tepat saat bulan puasa. Namun di tahun kedua, itu tidak lagi jadi halangan. Malah masyarakat paham bahwa produk kami cocok untuk mereka yang berpuasa. Semuanya karena edukasi,” demikian penjelasan Richard.
6. Gak asal pilih brand ambassador

Sebagai produk minuman dan makan sehat yang sudah terkenal, apakah Re.juve memilih brand ambassador atau endorser? Jawabannya adalah “ya” tapi gak asal-asalan.
“Endorser kamu harus genuine dan benar-benar pelanggan. Walau followers banyak tapi dia gak mengonsumsi produk kita, ya kita gak akan pakai,” tegas Richard.
Itulah sekilas kisah inspiratif perjalanan Re.juve membangun jati dirinya sebagai salah satu merek cold pressed juice buatan lokal. Misi utama mereka juga bukan bikin orang sehat melainkan bahagia, alias yang lebih luas lagi. Strategi pemikiran seperti ini juga bisa kamu tiru lho dalam berbisnis. (Editor: Mahardian Prawira Bhisma)