Ini Resep Sukses Pisang Goreng Madu Bu Nanik Hingga Viral

Nanik Soelistiowati pemilik bisnis Pisang Goreng Madu Bu Nanik yang kini populer memiliki cerita unik saat merintis usaha pisang goreng.

Memulai usaha katering pada tahun 1994, Nanik melayani katering makan siang untuk karyawan hotel yang jumlahnya mencapai 1.200 hingga 2.000 porsi per harinya.

Sejak tahun 2000 katering itu saya mulai tahun 1994 jadi kalau pisang itu sudah sudah diperkenalkan itu tahun 2007 sebelumnya. 

“Saya merintis ada katering di hotel-hotel, seperti Dharmawangsa, Harris Parkland, Ciputra, Ibis, Alila. Ada 12 hingga 15 hotel yang saya handle,” ujar Nanik saat berbincang dengan Moneysmart.id.

Tak hanya menu makan siang saja, Nanik pun memberikan varian makanan kateringnya dengan snack hingga buah-buahan.

“Ada menu utama ada menu pendamping, gorengan, sup dan lain-lainnya dan ada buah-buahan.

Menunya saya selang-seling pintar pintarnya katering. Kadang tidak buah melulu kadang saya kasih snack yang saya bikin sendiri. Kayak pukis, kayak aroma pisang,  onde-onde,” kata Nanik.

Seiring perjalanan bisnis kateringnya, Nanik kerap menemukan masalah yakni sisa buah-buahan pisang yang disajikan sering tidak habis.

“Kalau buah pisang itu kadang-kadang sisanya banyak. Kadang-kadang banyak sekali. Malah kalau pulang itu kadang dimakan anak-anak (karyawan) kalau sudah bosan akhirnya juga di buangin. Tapi kadang saya olah juga jadi pisang goreng, sale pisang,” kata Nanik.

Nanik menggoreng pisang menggunakan adonan tepung, garam, dan gula. Namun, sang Ibu meminta Nanik tidak menggunakan gula lagi karena penyakit diabetes yang dideritanya.

“Ibu saya karena ikut makan pisang goreng Itu, kemudian gulanya (diabetes) naik. Akhirnya, saya coba nggak saya kasih gula nyatanya nggak doyan. Nggak ada rasa manisnya ada cuma manis-manis Jambu. memang pisangnya manis tapi kan tepungnya nggak manis,” kata Nanik.

Akhirnya tercetus mengganti gula dengan madu sebagai bahan pemanis untuk pisang gorengnya. Kemudian Nanik memberanikan diri untuk menyajikan pisang goreng madu tersebut sebagai menu makanan pendamping katering hotel.

Dicibir Orang Pisang Goreng Gosong

Akan tetapi Nanik mendapatkan cibiran dan komentar yang tidak mengenakkan dari karyawan hotel yang menyebut pisang goreng madu miliknya seperti pisang gosong.

“Dari situ pisang goreng madu saya coba kasih ke hotel buat snack. Setiap hari ada enam hotel, setiap dikasih pisang madu, komentarnya masa pisang goreng gosong dikasih ke orang. Hampir semua mayoritas hotel ngomong seperti itu, pisang gosong kok dikasih orang,” papar Nanik.

Nanik menjelaskan, warna hitam pada pisang gorengnya itu merupakan karamelisasi dari campuran madu bukan pisang gosong.

Akan tetapi, karyawan hotel tetap tak ingin mengkonsumsi pisang goreng madu racikan Bu Nanik yang dilihat sebagai pisang gosong.

Dengan tekad dan keuletan, Nanik tak pantang menyerah dirinya masih menyajikan menu pisang goreng madu sebagai makanan pendamping. Akhirnya ada karyawan hotel yang sudah merasakan pisang goreng madu racikan Bu Nanik dan ketagihan hingga order untuk acara.

“Eh kok terus waktu itu ada karyawan Hotel Mercure yang bilang ke saya, ‘Bu, istri saya suka pisang gosongnya. Mau pesan untuk pengajian. Saya bilang, pisang gorengnya tidak dijual, hanya untuk konsumsi katering, eh dia tetap mau pesan pisang goreng gosong 30 biji,” kata Nanik.

Akhirnya berkat rasa pisang goreng madu Bu Nanik yang telah menyebar dari mulut ke mulut. Karyawan hotel pun meminta agar snack katering pisang gosong aja jangan menu yang lain.

“Kemudian menyebar ke mulut ke mulut kerabat-kerabat karyawan hotel. Kemudian makin lama makin banyak akhirnya kita putuskan jual,” ungkap Nanik.

2007 Mulai Pasarkan Pisang Goreng Madu 

Setelah orang mulai mengenal rasa pisang goreng madu tersebut. Nanik pun memberanikan diri untuk menggeluti bisnis Pisang goreng madu tersebut pada tahun 2007.

“Kalau tidak salah dulu persisnya hanya Rp 2.000 per biji, itu sebelum tahun 2007. Saat 2007 itu saya buka di Jalan Tanjung Duren itu pakai gerobak. Saya taruh 20 biji pisang per hari aja nggak laku,” cerita Nanik.

Tak menyerah, Nanik pun terus memperkenalkan pisang goreng madu dengan menyebarkan selebaran brosur kepada kantor-kantor, masjid-masjid, gereja-gereja.

“Tapi saya nggak nyerah setiap orang lewat, saya kasih tester. Pasti komentarnya pisang gosong, tapi saya nggak menyerah. Kalau ada bazzar pameran saya selalu ikut mulai dari situ mulai dikenal orang, dan booming-nya itu karena ikut ikut bazzar,” kata Nanik.

Menurutnya, jika dilihat dari tampilan saja memang pisang racikannya kurang meyakinkan. Tetapi setelah dirasakan baru tahu kenikmatannya.

“Memang pisang goreng saya kalau dari sisi penampilan kurang meyakinkan. Jadi saya ke mana-mana mesti bawa sampel pisang goreng. Kemana-mana saya nggak segan-segan ngasih tester ke orang cobain-cobain,” ungkap Nanik.

Tantangan Bisnis Pisang Goreng

Selama menjalankan bisnis pisang goreng, Nanik pun kerap mendapatkan hambatan berupa kesulitan bahan baku pisang.

Sebab, kaya Nanik, dalam satu tahun kalender pasti ada periode kemarau pisang atau sulitnya bahan baku karena tidak panen.

“Kemarau pisang itu setahun sekali itupun kita sudah ngambil bandar-bandar gede, supplier pisang dari Sukabumi. Ada dari Lampung, Bogor, Semarang, Cianjur kalau satu nggak ada, semua nggak ada pisangnya,” ujar Nanik.

Dengan itu dirinya membuat menu lainnya seperti ubi goreng, sukun goreng, nangka goreng, cempedak goreng. Semuanya menggunakan campuran madu seperti pisang. Jika pisang kosong maka tokonya tetap bisa berjualan dengan aneka oalahan makanan selain pisang.

Ada Ojek Online Makin Populer

Nanik bercerita, kehadiran platfrom ojek online untuk pesan antar makanan online memberikan perkembangan usahanya sejak tahun 2014 lalu.

Dari pantauan Moneysmart.id dilokasi outlet Tanjung Duren pun banyak sekali driver ojek online yang mengantre. Tak tanggung-tanggung nomor antriannya pun bisa mencapai ratusan setiap harinya.

Apalagi saat hari kerja dan jam sibuk, puluhan driver ojek online pasti silih berganti mengantre di outlet pisang goreng madu Bu Nanik.

“Masuk online kalau tidak salah tahun 2014. Pertama juga tidak sampai 100 driver selama 1 bulan. Dari 100 yang datang dan yang pertama kali itu kan memang Go-Jek. Tidak sampai 100 tukang ojek dalam satu bulan. Tapi sekarang saya nggak mau sebutin nanti dibilang sombong,” ujarnya sambil tertawa.

Nanik menjelaskan, dalam satu minggu, pada hari Senin sampai Jumat itu mayoritas Go-Food dan GRABFOOD. Sedangkan Sabtu Minggu 60 persen itu pembeli langsung dan 40 persen ojek online.

Kunci Bisnis Pisang Goreng Madu Bu Nanik

Menurut Nanik, untuk menjadi pengusaha sukses jika telah menentukan terjun untuk bisnis maka harus dijalani dengan tekun. Harus ulet, pantang menyerah, dan rajin berdoa.

Bahkan, sejak memutuskan berjualan pisang tersebut pada 2007 silam dirinya tak menyerah. Meskipun satu hari 20 porsi pisang tak habis terjual. Malah sering dibagi-bagikan kepada masyarakat sebagai tester.

“Kalau sekarang sih penjualan yang penting bisa untuk kesejahteraan karyawan dan keluarga saja. Sekarang karyawan totalnya sekitar 70 sampai 80 orang,” kata Nanik.

Tak hanya itu, berangkat dari pengushaa kecil dirinya pun tak lupa dengan hal itu. Nanik sering menghadiri pelatihan-pelatihan bisnis bagi Ibu-ibu yang ingin menjalani bisnis. Bahkan mengikuti pelatihan bersama pemerintah dan operator ojek online untuk berbagai pengalaman, kisah, dan cerita membangun bisnisnya.

Dirinya pun membantu para pengusaha kecil yang memiliki produk tapi terkendala pangsa pasar. Akan dibantu masuk di dalam outletnya untuk pemasaran kepada pelanggan. 

Editor: Ayyi Achmad Hidayah

Leave a Comment