Pada umumnya, depresiasi dianggap sebagai kondisi yang mendatangkan kerugian dalam berbisnis. Meski begitu, sebenarnya kondisi ini bukan merujuk pada masalah nilai dan penilaiannya saja, tetapi bisa juga dimanfaatkan sebagai bentuk dan alat untuk mengalokasikan biaya. Berikut penjelasannya, ya.
Memahami pengertian depresiasi
Depresiasi adalah pengalokasian yang dibuat sistematis untuk mengurangi atau bahkan menyusutkan jumlah suatu aset selama umur manfaatnya. Depresiasi menyusutkan biaya aktiva yang bentuknya beban secara sistematis dan rasional dibentuk untuk mendapatkan keuntungan dari penggunaan aktiva tersebut.
Biasanya, penyusutan aktiva atau harta tetap perusahaan akan memengaruhi laporan keuangan termasuk penghasilan kena pajak perusahaan. Kemunculan penyusutan aktiva tetap digunakan untuk menjalankan operasional perusahaan yang kemunculannya terjadi setiap tahun.
Dalam mengontrol aktiva, perlu dilakukan pendekatan tertentu sebagaimana nilai aktiva dapat berfluktuasi antara pada saat aktiva itu dibeli dan ketika dijual.
Memahami pengertian depresiasi menurut para ahli
Selain pengertian di atas, ada pula pendapat lain dari para ahli tentang depresiasi. Berikut pengertian depresiasi menurut para ahli.
1. Kleso, Weygant, dan Warfield
Depresiasi merupakan suatu proses akuntansi untuk mengalokasikan biaya aset berwujud menjadi biaya yang bersifat secara sistematis dan nasional terhadap periode yang diharapkan.
2. Zaki Baridwan
Depresiasi adalah sebagian dari harga peroleh aktiva tetap yang dialokasikan menjadi biaya dalam periode akuntansi secara sistematis.
3. Sofyan Harahap
Depresiasi adalah pengalokasian harga pokok aktiva tetap selama masa penggunaannya atau disebut sebagai biaya yang dibebankan terhadap produksi akibat dari penggunaan aktiva tetap tersebut dalam proses produksi.
4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau PSAK
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau PSAK No. 17, depresiasi merupakan alokasi jumlah suatu aktiva yang bisa disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi ini dibebankan ke pendapatan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Istilah-istilah terkait depresiasi
Ada beberapa istilah yang sering digunakan dan berkaitan erat dengan depresiasi. Berikut beberapa istilah tersebut:
- First Cost atau Unadjusted Basis yaitu biaya awal pemasangan aset. Termasuk di dalamnya biaya pembelian, biaya pemasangan, biaya pengiriman, dan berbagai biaya langsung lain termasuk persiapan aset yang akan digunakan. Unadjusted Basis juga disebut Simple Basis bersimbol B yang digunakan pada saat aset masih dalam keadaan baru.
- Book Value (nilai buku) yaitu penggambaran sisa, diperoleh dari investasi yang belum terdepresiasi pada buku setelah dikurangi dengan jumlah biaya depresiasi secara keseluruhan pada waktu itu. Bersimbol BVt dan selalu ditentukan di akhir tahun.
- Recovery Period (periode pengembalian) yakni umur depresiasi yang bersimbol n.
- Market Value (nilai pasar) adalah perkiraan nilai aset secara realistis jika aset dijual di pasar bebas.
- Recovery Rate atau Depreciation Rate (tingkat depresiasi) adalah fraksi biaya awal yang diambil bersama depresiasi setiap tahunnya. Tingkat depresiasi bisa sama setiap tahun atau bisa berbeda dalam periode pengembaliannya. Bersimbol dt.
- Salvage Value (nilai sisa) yakni perkiraan nilai pasar atau nilai jual pada akhir masa pakai aset, bersimbol SV.
Amortisasi, depresiasi, deplesi
Selain depresiasi, dalam bidang keuangan ada dua jenis penyusutan lain yakni amortisasi dan deplesi. Amortisasi adalah suatu prosedur pembayaran utang yang dilakukan bertahap dalam periode waktu yang sudah ditentukan.
Contohnya membayar cicilan bulanan atas pinjaman KPR, KTA, utang kartu kredit, kredit kendaraan, kredit moda, dan lain-lain. Saat membayar cicilan tersebut, ada tambahan biaya berupa bunga yang harus dibayarkan, itulah cara amortisasi bekerja. Dalam bisnis, amortisasi dilakukan untuk mengukur nilai penjualan di masa depan.
Beda amortisasi dan depresiasi terletak pada objek yang diukur. Amortisasi mengukur penyusutan pada aset yang tak berwujud seperti hak paten, copyright, trademark, goodwill dalam transaksi strategis berupa akuisisi atau merger dengan perusahaan lain.
Sedangkan depresiasi mengukur nilai penyusutan aset tetap. Sedangkan deplesi digunakan untuk mengukur penyusutan nilai pada benda yang sifatnya alami dan tidak dapat diperbaharui berupa sumber daya alam.
Bagaimana dengan urgensi depresiasi?
Jika kita memiliki perusahaan dan tidak melakukan depresiasi nilai aset dengan tepat dan benar, maka kita tidak akan mengetahui dengan pasti nilai dari bisnis perusahaan yang dikelola. Nilai aset yang tercatat dalam buku akan melebihi nilai yang sewajarnya sehingga keuntungan perusahaan bisa terekam lebih besar dari yang ada.
Sebaliknya, jika kita tidak mencatat kerugian yang perusahaan alami dengan teratur, maka arus keuangan perusahaan tidak dipresentasikan secara sehat dan terstruktur. Maka, keadaan tersebut akan berpengaruh pada keberlangsungan bisnis yang kita jalani.
Dampaknya, banyak pihak yang akan sulit menanamkan modal dan investasi pada perusahaan karena faktor laporan keuangan yang tidak terstruktur. Dengan kata lain, tujuan depresiasi adalah mengetahui nilai aset dengan tepat agar bisnis berjalan lancar.
Depresiasi terlihat sangat berperan penting, ya! Apa saja sih urgensinya?
1. Mengetahui nilai aset
Sudah dijelaskan di atas bahwa depresiasi digunakan untuk mengetahui nilai aset. Jika kita luput menghitung biaya aset perusahaan dengan depresiasi, maka kita tidak akan tahu kapan harus mengganti aset dan cara memaksimalkannya.
Selain itu, kita bisa saja terlambat mengganti peralatan penunjang operasional perusahaan. Maka dari itu, kita bisa menghindari hal tersebut dengan mempersiapkan anggaran untuk mengganti aset-aset ketika diperlukan.
Terkait aset, perusahaan yang berkecimpung dalam kegiatan produksi biasanya juga harus selalu memantau keberadaan sarana dan prasarananya. Jika terjadi pengurangan kepemilikan barang dari perusahaan, hal itu disebut dengan depresiasi aset.
Dengan kata lain, depresiasi aset adalah penurunan nilai fisik properti yang dimiliki perusahaan karena digunakan setiap saat untuk produksi.
2. Mengalokasikan depresiasi akuntansi
Depresiasi dapat digunakan untuk mengalokasikan accounting depreciation agar kita dapat menjamin aset yang telah diinvestasikan bisa kembali didapat setelah masanya selesai. Jika luput mengalokasikannya, kita tidak tahu kapan harus mengganti aset-aset sekaligus memaksimalkannya.
3. Pengurangan pengenaan pajak
Jika perusahaan luput mengalokasikan aset, pajak yang dikeluarkan akan menjadi lebih besar dari yang seharusnya dikarenakan pencatatan keuntungan lebih besar dari yang ada. Tidak hanya itu, perusahaan sebagai wajib pajak akan mengalami kesalahan pada pengurangan biaya modal untuk membayar pajak.
Jika terdapat kesalahan minimum pada perhitungan tersebut, maka petugas perpajakan akan menyelesaikan permasalahan tersebut. Namun, jika kesalahannya fatal, maka petugas akan memulai penyelidikan formal untuk melakukan audit terkait tarif pajak yang seharusnya dilunasi. Jika hal ini terjadi tentu akan berdampak buruk atas kredibilitas perusahaan.
Metode mengatasi depresiasi
Ada beberapa metode yang bisa dilakukan untuk mengatasi depresiasi, namun sebelumnya kita harus membuat sebuah contoh depresiasi agar lebih mudah dipahami.
PT Bintang Kehidupan membeli sebuah mesin giling tambahan. Data pembeliannya dimisalkan sebagai berikut.
- Biaya mesin giling: Rp500 juta.
- Estimasi masa manfaat: 5 tahun.
- Estimasi nilai sisa: Rp50 juta.
- Umur produktif dalam jam: 30 ribu jam.
Penyusutan ini bisa dihitung secara periodik atau disebut juga akumulasi depresiasi. Akumulasi depresiasi adalah kumpulan beban penyusutan periodik. Ada beberapa metode depresiasi yang bisa dilakukan untuk menghitung besarnya biaya penyusutan tersebut, yaitu:
1. Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)
Metode Garis Lurus mempertimbangkan penyusutan untuk fungsi waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Metode banyak digunakan karena penggunaannya yang mudah. Prosedur ini merupakan memiliki umur pelayanan yang terbatas, jadi penurunan kegunaannya akan tetap dari waktu ke waktu.
Dalam kasus ini, beban atas penyusutan mesin giling terhitung sebagai berikut.
Beban penyusutan = (Biaya – Nilai Sisa) / Estimasi Umur Pelayanan
(Rp500 juta-Rp50 juta) / 5 = Rp90 juta |
Metode ini didasarkan pada dua asumsi yang tidak rasional terhadap masalah utama yang ada, di antaranya:
- Setiap tahun, kegunaan ekonomi aktivanya sama.
- Setiap periode, beban reparasi mesin dan pemeliharaannya sama.
2. Metode Beban Menurun (Decreasing Charge Method)
Metode ini mempercepat dan menyediakan biaya penyusutan yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal dan beban lebih rendah pada periode selanjutnya. Justifikasi utama metode ini adalah lebih banyak penyusutan harus dibebankan pada tahun-tahun awal karena aktiva mengalami kehilangan pelayanan yang lebih besar pada tahun-tahun tersebut.
Ada dua bagian dalam metode ini, yaitu:
A. Metode jumlah angka tahun (sum of the years digits method)
Bagian ini menghasilkan beban penyusutan berdasarkan pecahan yang menurun dari biaya yang dapat disusutkan (biaya awal dikurangi nilai sisa). Setiap pecahan menggunakan total angka tahun sebagai penyebutnya (5+4+3+2+1=15) dan total estimasi sisa umur pada awal tahun sebagai pembilang.
Pada metode ini, pembilang mengalami penurunan tahun demi tahun, namun penyebab tetap sama (5/15, 4/15, 3/15, 2/15, dan 1/15). Berikut perinciannya.
Tahun | Harga Perolehan | Pecahan Penyusutan | Beban Penyusutan | Akumulasi Penyusutan | Nilai Buku Akhir Tahun |
1 | Rp450 juta | 5/15 | Rp150 juta | Rp150 juta | Rp350 juta |
2 | Rp450 juta | 4/15 | Rp120 juta | Rp270 juta | Rp230 juta |
3 | Rp450 juta | 3/15 | Rp90 juta | Rp360 juta | Rp140 juta |
4 | Rp450 juta | 2/15 | Rp60 juta | Rp420 juta | Rp80 juta |
5 | Rp450 juta | 1/15 | Rp30 juta | Rp450 juta | Rp50 juta |
B. Metode saldo menurun
Metode ini menggunakan tarif penyusutan (diubah menjadi persentase) berupa beberapa kelipatan dari metode di atas. Contoh, tarif saldo menurun berganda untuk aktiva 10 tahun menjadi 20% (dua kali lipat dari metode garis lurus, yaitu 1/10 atau 10%). Tarif saldonya menurun secara konstan dan diaplikasikan pada nilai buku yang menurun setiap tahun. Saldo sisa tidak dikurangi dalam menghitung dasar penyusutannya. Tarif saldo yang menurun dikalikan dengan nilai buku aktiva pada awal periode.
Dikarenakan nilai buku aktiva dikurangi setiap periode dengan beban penyusutan, maka tarif saldo menurun yang tetap diaplikasikan pada nilai buku yang terus menurun di mana menghasilkan beban penyusutan yang kian rendah setiap tahunnya. Proses metode ini akan terus berlangsung sampai nilai buku aktiva berkurang mencapai estimasi nilai sisanya, di mana pada keadaan tersebut penyusutan akan dihentikan.
Tahun | Harga Perolehan | Pecahan Penyusutan | Penyusutan | Akumulasi Penyusutan | Nilai Buku Akhir Tahun |
1 | Rp500 juta | 40% | Rp200 juta | Rp200 juta | Rp350 juta |
2 | Rp300 juta | 40% | Rp120 juta | Rp380 juta | Rp230 juta |
3 | Rp180 juta | 40% | Rp72 juta | Rp428 juta | Rp140 juta |
4 | Rp108 juta | 40% | Rp43.2 juta | Rp456 juta 800 ribu | Rp80 juta |
5 | Rp64.8 juta | – | Rp14.8 juta | Rp485 juta 200 ribu | Rp50 juta |
3. Metode Aktivasi (Unit Penggunaan atau Produksi)
Metode ini menggunakan pendekatan beban variabel di mana penyusutan adalah fungsi dari penggunaan atau produktivitas dan bukan dari berlalunya waktu. Umur aktivanya dinyatakan dalam istilah keluaran (output) yang sudah disediakan pada unit-unit produksi, atau masukan (input) seperti jumlah jam kerja. Asosiasi biaya ditetapkan pada keluaran bukan jam yang digunakan. Walaupun demikian, keluaran ini susah untuk diukur.
Jika mesin giling di atas digunakan selama 4.000 jam pada tahun pertama, penyusutannya sebagai berikut.
Rumus Beban Penyusutan
[(Biaya – Nilai Sisa) x Jam tahun ini] / Total estimasi Jam [(Rp500 juta – Rp50 juta) x 4.000] / 30.000 = Rp60 juta |
Metode ini memiliki kekurangan di mana tidak tepat digunakan pada situasi saat penyusutan fungsi dari waktu bukan aktivitas. Contohnya, sebuah bangunan akan mengalami kerusakan dari unsur waktu tanpa memperhatikan penggunaannya. Jika suatu aktiva tergantung pada faktor-faktor ekonomi, bukan pada penggunaannya, jadi metode aktivitas yang ada akan kehilangan banyak signifikansi.
4. Metode Penyusutan Khusus
Ada dua jenis metode penyusutan khusus, yaitu:
A. Metode kelompok dan gabungan
Metode ini mengacu pada kumpulan aktiva tertentu yang sama, sementara gabungan mengacu pada kumpulan aktiva yang berbeda. Metode ini cocok digunakan apabila aktiva cukup homogen dan memiliki masa manfaat yang hampir sama.
B. Metode campuran dan kombinasi
Perusahaan juga bisa menggabungkan beberapa metode yang sudah disebutkan di atas.
Dari penjelasan di atas, sebenarnya depresiasi bisa diatasi dengan berbagai metode untuk menghindari turunnya laba perusahaan. Oleh sebab itu rumus depresiasi yang tepat harus diterapkan. Apalagi depresiasi sangat berguna untuk mengalokasikan aset-aset perusahaan agar terjadi keseimbangan dan terstrukturnya laporan keuangan. Depresiasi juga harus dicatat dalam jurnal depresiasi guna membuat penyesuaian dengan kondisi riil.