Mengenal Wisata Alam Batu Belimbing, Ikon Magis Ibukota Bangka Selatan

Mengenal Wisata Alam Batu Belimbing, Ikon Magis Ibukota Bangka Selatan – Mendengar nama Batu Belimbing, sontak yang ada di benak pasti adalah batu berbentuk buah berwarna kuning kehijauan. Kalau kamu berpikir demikian, salah! Bebatuan ini bukan berbentuk buah belimbing seperti yang kamu bayangkan. Melainkan bebatuan granit ini nyaris menyerupai tekstur buah belimbing karena guratan-guratan di sisinya.

Menyusuri jalan setapak di Kampung Lalang, Tanjung Ketapang, Toboali, Bangka Selatan, di sebelah kiri jalan, kamu akan melihat pemandangan tak biasa. Tumpukan bebatuan berwarna hitam legam berada di sisi jalan sebelum pantai Batu Perahu. Tumpukan bebatuan ini dulunya tidak terawat, namun semenjak dikelola oleh anak muda daerah setempat, lokasi ini berubah menjadi daerah wisata.

Kehadiran pemuda setempat juga membuat lokasi ini lebih tertata. Sentuhan warna-warni di sekeliling pagar kayu membuat destinasi terlihat bersih. Namun minimnya pengawasan di dalam membuat pengunjung yang tidak bertanggung jawab masih bisa melakukan hal yang tidak diinginkan, seperti vandalisme.

Baca juga: Menikmati Hangatnya Senja dan Desir Ombak dari Benteng Ratusan Tahun

Asal muasal batu granit di Bangka Belitung

Batu Belimbing
Batu granit di Bangka Belitung (Shutterstock).

Batu granit yang ada di Bangka Belitung atau di Pulau Belitung merupakan bagian dari batuan dasar Indonesia bagian barat yang disebut batolit. Sebagaimana hasil kajian yang diungkapkan Ketua Program Studi Teknik Geologi ITB Budi Brahmantyo, sebaran batu granit ini tidak hanya di Bangka Belitung. Tetapi juga muncul di Kepulauan Riau hingga Semenanjung Malaysia.

Umur bebatuan granit ini diperkirakan mencapai 65-200 juta tahun yang lalu. Batuan ini merupakan hasil pembekuan magma yang bersifat asam, dengan kandungan silika lebih dari 65 persen. Dari peta geologi, granit tertua berumur Trias (Triassic) tersebar di Belitung bagian barat laut, termasuk di Pantai Tanjung Tinggi, Pulau Kepayang dan Pulau Lengkuas.

Munculnya bongkah-bongkah granit ke permukaan diawali pembekuan granit di bawah permukaan bumi pada kedalaman puluhan kilometer. Batuan-batuan ini mengalami proses tektonik berupa pengangkatan, beberapa mengalami pematahan dan peretakan. Akibat dari proses tektonik tersebut, batu granit yang berasal jauh di bawah, muncul ke permukaan bumi.

Selama proses pengangkatan tersebut, tubuh granit mengalami retak-retak atau deformasi. Ketika tubuh granit yang retak-retak ini muncul di permukaan bumi, proses pelapukan dan erosi atau abrasi mengikisnya selama ribuan tahun.

Akibatnya, batu granit yang muncul di permukaan seolah-olah merupakan bongkah batuan yang terpisah-pisah. Padahal bongkah batu granit raksasa ini sebenarnya hanya bagian atas dari tubuh sangat besar batu granit yang ada di bawah permukaan bumi.

Jurang-jurang bawah laut terdiri dari lereng-lereng terjal. Lereng batu granit itu menyambung antara satu pulau dengan pulau lainnya. Itu membuktikan bahwa tubuh granit yang tersebar di Bangka-Belitung, Kepulauan Riau, Singapura, Semenanjung Malaysia, di bawah Selat Karimata dan Laut Cina Selatan, Pulau Natuna dan sebagian Kalimantan Barat, menyatu.

Sejarah Batu Belimbing

Batu Belimbing
Batu granit yang menyerupai Belimbing di Toboali, Bangka Selatan (MoneySmart/Winda Destiana Putri).

Menurut informasi yang beredar, bebatuan tinggi itu terbentuk akibat pembekuan magma dalam perut bumi yang terjadi sekitar 270 juta tahun lalu. Kemudian tersingkap di daratan dan menyerupai bebatuan.

Menurut pakar geologi, komposisi Batu Belimbing ini terdiri dari mineral biotit, pyroksen, hornblende, kuarsa, plagioklas, cassiterit dan amphibol. Fenomena batu granit seperti Batu Belimbing di dunia tidaklah banyak, karena fenomena ini tergolong fenomena alam yang langka.

Pengikisan batu oleh curah hujan selama ratusan tahun membuat batu tersebut tampak seperti buah belimbing. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar penamaan Batu Belimbing, karena pengikisan membuat sisi bebatuan ini penuh guratan laiknya buah belimbing.

Baca juga: Danau Kaolin, Potret Keindahan Tersembunyi Sisa Tambang Kosmetik di Bangka Belitung

Apa yang bisa dilakukan disini

Batu Belimbing
Seorang wisatawan tengah berpose dari atas Batu Belimbing (MoneySmart/Winda Destiana Putri).

Objek wisata alam Batu Belimbing bisa kamu kunjungi setiap saat. Pasalnya tidak ada pemberlakukan tiket masuk untuk objek wisata ini. Hanya saja wisatawan yang datang wajib membayar uang parkir kendaraan sebesar Rp  2.000 untuk motor, dan Rp 5.000 untuk mobil.

Ada tiga titik favorit wisatawan di objek wisata ini. Puas foto-foto di area depan bertuliskan Welcome to Batu Belimbing, kamu bisa menyusuri objek wisata ini lebih dalam.

Bagian tengah kawasan ini, terdapat area kosong yang begitu rindang. Sekadar beristirahat di atas bebatuan sambil menikmati hembusan angin bisa kamu rasakan disini. Kamu juga bisa naik ke atas batu yang lebih tinggi jika ingin melihat pemandangan lebih indah. Tapi ingat! Harus hati-hati ya.

Bagaimana cara menuju Wisata Alam Batu Belimbing

Batu Belimbing
Wisatawan memadati objek wisata batu granit di Toboali, Bangka Selatan (MoneySmart/Winda Destiana Putri).

Untuk datang kesini cukup mudah. Dengan berkendara selama 10 menit dari pusat kota Toboali, Bangka Selatan, kamu sudah bisa sampai dan melihat keagungan ciptaan Yang Maha Kuasa. Baik berkendara sepeda motor atau roda empat sekalipun gak usah khawatir. Lokasi jalan raya disini sudah mulus beraspal.

Waktu terbaik untuk datang ke objek wisata ini adalah sore hari. Sekitar pukul empat sore saat matahari sudah mulai meredup. Kamu bisa duduk di atas bebatuan sambil menunggu matahari terbenam. Atau jika ingin mengambil sunset di Pantai Batu Perahu yang letaknya gak jauh dari objek wisata alam ini juga bisa kok.

Nah itu tadi penjelasan singkat mengenai sejarah terbentuknya wisata alam Batu Belimbing di Toboali, Bangka Selatan. Semoga menginspirasi kamu untuk berkunjung kesana dan melestarikan wisata alam yang ada di setiap daerah ya! (Editor: Winda Destiana Putri). 

Leave a Comment