Pertama dalam 4 Tahun Terakhir, Dunia Usaha Rontok Dihantam Covid-19

Pandemi Covid-19 berdampak besar pada dunia usaha. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) terbaru Bank Indonesia memperlihatkan bahwa kegiatan usaha pada triwulan I (pertama) tahun 2020 mengalami penurunan. Penurunan terjadi pada sejumlah sektor ekonomi seperti sektor industri Pengolahan, sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, sektor Pertambangan, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, serta sektor Konstruksi.

Penurunan ini, menurut BI, terlihat dari menurunnya angka Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha pada triwulan I tahun ini yakni sebesar -5,56%, yang turun dari 7,79% pada triwulan IV tahun 2019. Penurunan tersebut terbilang cukup dalam tentunya. 

Pola ini merupakan yang pertama kalinya dalam empat tahun terakhir. Tercatat, pada tahun 2016 hingga tahun 2019, SBT triwulan I selalu lebih tinggi alias meningkat daripada SBT pada triwulan IV tahun sebelumnya, belum pernah menurun.

survei kegiatan dunia usaha

Meskipun demikian, BI memperkirakan, SBT kegiatan dunia usaha meningkat hingga 2,13% pada triwulan II tahun 2020. Penyebabnya, masih berlangsungnya panen padi di beberapa daerah, kinerja baik tanaman perkebunan, serta peningkatan sektor jasa seiring kebijakan penanggulangan Covid-19 

Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya kita mengetahui lebih dahulu istilah SBT.  Saldo Bersih Tertimbang (SBT) bisa dipahami sebagai hasil perkalian antara saldo bersih dan bobot masing-masing sektor ekonomi. 

Sementara itu, saldo bersih dihitung dengan jalan mengurangkan persentase responden yang menjawab “meningkat” dengan persentase responden yang menjawab “menurun”. Lalu, apabila hasilnya positif, maka dapat ditengarai terjadinya ekspansi. Sebaliknya, apabila hasilnya negatif, maka bisa dikatakan sebagai kontraksi.

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) ini diselenggarakan untuk melacak Produk Domestik Bruto (PDB) dengan survei. Manfaatnya adalah untuk melihat kegiatan ekonomi pada kuartal pertama dan memperkirakan kegiatan usaha pada kuartal berikutnya. 

Dikutip dari website resmi Bank Indonesia, SKDU merupakan survei tiga bulanan. Di triwulan I tahun 2020 ini, jumlah responden SKDU mencapai 3.719 pelaku usaha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan dipilih secara purposive sampling

Para responden survei mengatakan, penurunan kegiatan usaha adalah antara lain dikarenakan adanya pandemi Covid-19. Keadaan cuaca yang kurang mendukung juga menghambat aktivitas sejumlah sektor seperti Pertambangan dan Konstruksi.

Penurunan cukup dalam terjadi pada sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Dari data survei yang dihimpun BI, penurunan kegiatan usaha cukup dalam terjadi pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di mana SBT-nya ada di level -3,04%, atau merosot 5,8% dari 2,76% pada triwulan sebelumnya. Kemudian, disusul SBT Industri Pengolahan di angka -3,60% atau turun 4,36% dari 0,76% di triwulan sebelumnya.

Di bawahnya, ada sektor Pertambangan dengan SBT -0,62%, sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan SBT -0,53%, dan sektor Konstruksi dengan SBT -0,08%.

penurunan kegiatan usaha di triwulan I 2020

Di samping itu, beberapa sektor industri lain juga mengalami perlambatan. Meski tidak menurun hingga sedalam sektor-sektor yang disebutkan di awal tadi, namun terjadi penurunan. Oleh karena itu disebutkan bahwa sektor-sektor ini mengalami perlambatan. Sektor-sektor tersebut adalah sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan, serta sektor Jasa-Jasa.

Sebanyak 1.139 hotel tutup karena pandemi Covid-19

Turunnya kegiatan usaha di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran juga menurunkan tingkat penggunaan tenaga kerja di sektor itu. Penurunan itu dapat dilihat dari SBT tenaga kerja triwulan I tahun 2020 yang ada di angka 0,09% atau menurun dari 0,45% pada triwulan IV tahun 2019. 

Survei mencatat, penurunan penggunaan tenaga kerja terjadi pada subsektor Restoran dengan SBT -0,17% dan Hotel dengan SBT -0,11%. Pada kenyataannya, industri pariwisata yang amat menopang sub sektor restoran dan hotel ini sedang babak belur akibat pandemi Covid-19.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), jelas terlihat bahwa jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia anjlok pada bulan Februari 2020. Tercatat, hanya ada 885 ribuan wisman, menurun drastis dari periode yang sama di tahun sebelumnya, yakni 1,24 juta wisman.

data penurunan wisatawan mancanegara

Hal tersebut di atas tentunya sejalan dengan fakta yang terjadi di lapangan. Imbas dari menurunnya kunjungan wisatawan, bisnis hospitality pun banyak yang terpaksa gulung tikar, merumahkan karyawan, hingga melakukan PHK.

Menurut data yang dirilis oleh Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), hingga 1 April 2020 yang lalu, sudah ada 1.139 hotel yang ditutup. Hotel-hotel tersebut tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. 

Penutupan hotel terbanyak terjadi di Jawa Barat, yakni 305 hotel. Di urutan kedua ada Bali dengan jumlah hotel yang menutup usahanya mencapai 170 unit. Kemudian, ada Provinsi DI Yogyakarta dengan 98 hotel yang ditutup.

Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan

Ketika sektor yang lain mengalami penurunan atau perlambatan, sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan justru mengalami peningkatan pada triwulan I tahun 2020 ini. Survei SKDU Bank Indonesia mencatat, SBT kegiatan usaha sektor ini berada pada angka 0,40%, meningkat dari SBT triwulan IV tahun 2019 yang hanya di angka -2,03%.

Sektor ini dibagi menjadi sejumlah subsektor, antara lain subsektor Tanaman Bahan Makanan, Tanaman Perkebunan, Peternakan dan Hasil-hasilnya, Kehutanan, serta Perikanan. Kenaikan tertinggi terlihat pada subsektor Tanaman Bahan Makanan dengan SBT 0.90% dan Tanaman Perkebunan dengan SBT 0,19%.

Menurut responden survei, peningkatan kegiatan usaha pada triwulan I ini adalah lantaran meningkatnya produksi tanaman bahan makanan, seiring dengan dimulainya panen raya di sejumlah daerah, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo.

BPS catat kenaikan nilai ekspor hasil pertanian

Data dari lembaga terpisah, yakni Badan Pusat Statistik (BPS), memperlihatkan pula adanya kenaikan nilai ekspor hasil-hasil pertanian. Bahkan, kenaikan tersebut sudah terlihat sejak bulan Januari lalu yang kenaikannya 4,54 persen dibanding bulan yang sama tahun 2019.

Kemudian, pada bulan Januari – Februari 2020, nilai ekspor hasil pertanian naik 15,30% dibanding periode yang sama pada tahun 2019. Data terbaru, yakni bulan Januari – Maret 2020, nilainya meningkat 16,23 persen.

Leave a Comment